Perkembangan LED saat ini memungkinkan untuk menggantikan lampu sebagai penerangan. Selain intensitas cahaya yang dihasilkannya lebih tinggi dari bola lampu biasa, konsumsi energi listriknya juga lebih kecil dibandingkan dengan lampu hemat energi (CFL).
OLED sendiri hingga saat ini banyak digunakan pada layar perangkat elektronik bergerak hingga televisi layar LCD. Kemampuan menghasilkan cahaya pada OLED dihasilkan dari lapisan semacam plastik yang diletakkan di antara dua elektrode, yang salah satunya merupakan elektrode transparan. Hanya saja karena penggunaan salah satu elektroda yang terbuat dari logam campuran indium tin oksida, harganya menjadi relatif mahal. Hal tersebut karena indium termasuk langka dan mahal. Selain itu penggunaan indium juga menimbulkan permasalahan pada pendaurulangannya.
Ilmuwan-ilmuwan dari Linköping dan Umeå university, Swedia serta ilmuwan-ilmuwan Amerika berhasil membuat OLED alternatif, sebuah light-emitting electrochemical cell (LEC) organik. Hasil penelitian yang juga dipublikasikan di jurnal ACS Nano, menyatakan bahwa produksi LEC tersebut lebih murah dan elektroda transparan yang digunakan terbuat dari graphene, yang merupakan material karbon dan bisa didaur ulang.
Bahkan, menurut Nathaniel Robinson ilmuwan dari Linköping University, karena LEC bis dibuat dari cairan, maka LEC juga bisa dibuat dalam bentuk lembaran. Ludvig Edman dari Umeå University menambahkan, terobosan tersebut juga bisa menghasilkan produksi lampu yang terbuat dari plastik dalam bentuk lembaran dan bisa diaplikasikan untuk wallpaper ataupun langit-langit ruangan
0 komentar:
Posting Komentar